Minggu, 25 Desember 2011

perindustrian bahan logam

Minggu, 25 Desember 2011 |
English
Menu Utama

Beranda
Tentang PSDG
Hasil Kegiatan
Informasi Publik
2006
2005
2004
2003
Batubara
Panas Bumi
Konservasi
Mineral
Solok
Tolitoli
Jawa Timur
Bima - Dompu
Sumbawa
Cianjur
Sikka - Ende
Pasir
Timor
Kutai
Lahat
Pelalawan
Tapanuli
2002
2001
2000
1999
Download Makalah
Makalah Fungsional
Buletin
Publikasi
Kolokium
Pelayanan
Galeri
Alamat, Status & Situs Terkait
Kumpulan Peraturan Bidang ESDM
Kode Mineral

Mineral GIS

WebMap
CRRES
Energi & Mineral ASEAN

Perpustakaan

Katalog Pustaka

Kepegawaian

Simpeg

Compass corp
Inventarisasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Pasir
INVENTARISASI BAHAN GALIAN NON LOGAM
DI KABUPATEN PASIR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR



Oleh:
Ratih Sukmawardany, Nur A. Latif, Endang RivaÂ’i, dan Djoni Turkana
Subdit. Mineral Non Logam




ABSTRACT



Pasir Regency is one of regency in East Kalimantan and Tanah Grogot is the capital of this regency. Pasir Regency has changed for the area from 12 became 8-sub regenies on March 2003 (Batu Sopang, Tanjung Aru, Pasir Belengkong, Tanah Grogot, Kuaro, Long Ikis, Muara Komam, and Long Kali Sub regency. The geographic of Pasir Regency is 115o 37’ 48” – 116o 57’ 32” East dan 0o 48’ – 2o 23’ 20” South, and has width of 11.603,94 km2.

Industrial or non-metal minerals commodities in Pasir Regency that can be found are limestone, basalt, clay, bond clay, quartz sand, serpentin/harzburgit, sand and gravel.


SARI





Kabupaten Pasir merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukotanya Tanah Grogot.. Pada bulan maret tahun 2003 Kabupaten Pasir mengalami perubahan luas wilayah dari 12 Kecamatan menjadi 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Sopang, Tanjung Aru, Pasir Belengkong, Tanah Grogot, Kuaro, Long Ikis, Muara Komam, dan Long Kali. Secara geografis daerah ini terletak di antara garis-garis koordinat 115o 37’ 48” – 116o 57’ 32” Bujur Timur dan 0o 48’ – 2o 23’ 20” Lintang Selatan, dengan luas sekitar 11.603,94 kilometer persegi.

Bahan galian non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Pasir, baik yang teramati langsung dalam kegiatan lapangan ini maupun berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu adalah batugamping, basal, lempung, bond clay, pasir kuarsa, serpentitinit/harzburgit dan sirtu



1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka upaya untuk menginventarisasi dan evaluasi bahan galian di setiap daerah otonom, perlu dilakukan guna membantu pengembangan wilayah tersebut, terutama dalam penyedian data sumber daya mineral, khususnya bahan galian mineral non logam, yang akan mengundang pihak investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut.



1.2. Maksud dan Tujuan

Kegiatan penyelidikan bahan galian yang dilakukan di daerah Kabupaten Pasir ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sebaran, kualitas beberapa bahan galian seperti, batugamping, bond clay, lempung, bentonit dan pasir kuarsa, yang pernah dijumpai di daerah tersebut dari hasil penyelidikan terdahulu sebagai dasar untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengembangan bahan galian tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi data bahan galian non-logam di daerah Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur.


1.3. Lokasi Kegiatan

Secara administratif, Kabupaten Pasir merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukotanya Tanah Grogot. Secara geografis daerah ini terletak di antara garis-garis koordinat 115o 37’ 48” – 116o 57’ 32” Bujur Timur dan 0o 48’ – 2o 20” Lintang Selatan, dengan luas sekitar 11.603,94 kilometer persegi.



1.4. Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan

Jumlah penduduk Kabupaten Pasir tahun 2001 (masih 12 Kecamatan) adalah 271.993 jiwa dengan luas wilayah 14.937 kilometer persegi. Data kependudukan Kabupaten Pasir setelah mengalami perubahan luas wilayah dari 14.937 kilometer persegi menjadi 11.603,94 kilometer persegi belum diterbitkan. Jumlah penduduk tahun 2001 ini meningkat 1,2 % dibanding dengan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut terdiri dari 84.903 laki-laki, dan 76.850 perempuan.

Kabupaten Pasir seperti wilayah Indonesia lainnya hanya memiliki dua musim, yaitu kemarau dan hujan. Sampai saat ini sekitar 65 persen lahan perkebunan (58.167,44 ha) di kabupaten yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kalimantan Selatan ini diperuntukkan bagi kelapa sawit. Terhampar di sepanjang Kecamatan Long Ikis, Pasir Belengkong, Waru, dan lainnya. Dari luas tersebut, bagian terbesar (43 %) dikelola oleh penduduk yang disebut perkebunan rakyat. Sisanya 26 % dikelola oleh perkebunan negara dan 31 persen oleh perkebunan besar swasta. Produksi kelapa sawit tandan buah segar dari perkebunan rakyat dibeli oleh PTPN XIII untuk ikut diolah di tiga pabrik pengolahan CPO yang terdapat di kabupaten ini.



1.5. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan penyelidikan dilakukan pada Tahun Anggaran 2003, selama 45 (empat puluh lima) termasuk pergi – pulang Bandung – Lapangan, dengan jumlah personil sebanyak 4 (empat) orang.

Kegiatan penyelidikan terdiri dari : tahap persiapan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu sebelum pergi ke lapangan, tahap pelaksanaan lapangan selama 45 hari kerja, tahap penyusunan laporan pendahuluan (awal) selama 2 minggu setelah pulang dari lapangan, tahap analisa conto di laboratorium selama satu bulan, tahap pembuatan laporan akhir 2 minggu setelah hasil analisa laboratorium selesai dan tahap pembuatan materi presentasi selama satu minggu setelah laporan akhir selesai



1.6. Metoda Penyelidikan/Kegiatan

Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dibuat perencanaan metoda kerja serta tahapan pekerjaan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur dan data primer yang diperoleh dari kegiatan lapangan.





1.7. Penyelidikan Terdahulu

Ahmad Kusnadi, dkk., tahun 1979, dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan penyelidikan endapan batugamping daerah Longkali, Kalimantan Timur.

Nazli Bahar, dkk., tahun 1998, dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan eksplorasi mineral industri di daerah Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyelidikan tersebut antara lain diketahuinya keterdapatan lempung, batuan ultrabasa (harzburgit/serpentinit), batugamping, pasir kuarsa, bond clay, dan sirtu.

Peta geologi yang dipergunakan dalam penyelidikan di daerah telitian adalah Peta Geologi Lembar Balikpapan, yang disusun oleh S. Hidayat dan I. Umar, tahun 1994 dan Lembar Sampanahan, yang disusun oleh R. Haryanto, S. Supriatna, dkk., tahun 1994, Kalimantan Timur dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, (P3G) Bandug.



2. KEADAAN GEOLOGI

2.1. Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi daerah Kabupaten Pasir dapat dibagi menjadi beberapa satuan morfologi yaitu morfologi dataran rendah, perbukitan bergelombang, topografi kars dan perbukitan curam.

Stratigrafi daerah Kabupaten Pasir yang dikutip seperlunya dari Peta Geologi Lembar Balikpapan (Umar, I., dkk. 1994) dan Lembar Sampanahan (Heryanto R., dkk. 1994) terbagi dalam beberapa formasi dan satuan batuan dengan litologinya sebagai berikut:

Kompleks Batuan Ultramafik merupakan batuan tertua dan batuan alas dari formasi yang ada di daerah penelitian, terutama terdiri dari serpentin dan harzburgit. Serpentin berwarna kelabu kehijauan tersusun oleh kristosil dan antigorit. Komplek ini diduga berumur Jura. Di jumpai di sebelah barat Kuaro, dengan arah sebaran utara-selatan.

Formasi Pitap dan Haruyan terletak di atas Komplek Batuan Ultramafik berumur Kapur Awal. Formasi Pitap terdiri dari perselingan batupasir, grewake, batulempung dan konglomerat. Formasi Haruyan terdiri dari lava, breksi dan tuf. Batuan granit dan diorit menerobos batuan di atas pada Kapur Akhir. Komoditas yang dijumpai adalah lempung.

Secara tidak selaras menutupi Formasi Pitap adalah Formasi Tanjung dan Kuaro yang berumur Eosen Awal. Formasi Tanjung terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan napal dengan sisipan tipis batubara, napal, batugamping dan serpih. Komoditas yang dapat dijumpai adalah lempung dan batugamping.

Secara tak selaras menindih di atas Formasi Kuaro diendapkan Formasi Telakai berumur Eosen Akhir berupa batulempung, batupasir lempungan dan serpih dengan sisipan batugamping dan napal.

Di atasnya diendapkan Formasi Tuyu berumur Oligosen Akhir, terdiri dari perselingan batupasir, grewake, serpih dan batulempung.

Di atasnya lagi diendapkan Formasi Berai terdiri dari batugamping, napal dan serpih. Formasi Pamaluan terdiri dari batulempung dan serpih dengan sisipan napal , batupasir dan batugamping, sedangkan Formasi Bebulu terdiri dari batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal. Komoditas yang dapat dijumpai disini adalah batugamping, lempung.

Formasi Warukin menindih secara selaras Formasi Berai berumur Miosen Tengah-Akhir, terdiri dari perselingan batupasir batupasir dengan batulempung dengan sisipan batubara. Komoditas yang dapat dijumpai adalah lempung.

Formasi Pulaubalang menutupi selaras Formasi Pamaluan berumur Miosen Tengah, terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara. Komoditas yang dijumpai adalah lempung, pasir kuarsa.

Formasi Balikpapan menindih secara selaras di atas Formasi Pulaubalang berumur Miosen tengah bagian atas, terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal. Komoditas yang dijumpai adalah batugamping, batubara, pasir kuarsa, lempung.

Endapan termuda adalah alluvial yang berupa endapan sungai, rawa dan pantai terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan Lumpur. Komoditas yang dapat dijumpai adalah sirtu , lempung.

Struktur yang terdapat di daerah telitian adalah struktur sesar, lipatan dan kekar. Struktur lipatan terdiri dari antiklin dan sinklin. Struktur tersebut tidak begitu jelas terlihat di lapangan karena litologi sudah banyak mengalami pelapukan kuat.



3. HASIL PENYELIDIKAN

3.1. Geologi Endapan Bahan Galian

Bahan galian non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Pasir, baik yang teramati langsung dalam kegiatan lapangan ini maupun berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu adalah batugamping, basal, lempung, bond clay, pasir kuarsa, serpentitinit/harzburgit dan sirtu.

Batugamping merupakan batuan utama pada Formasi Berai dan Formasi Bebulu dijumpai tersingkap dengan sebaran yang sangat luas, terutama pada Formasi Berai. Batugamping Formasi Berai berwarna putih keabu-abuan sampai kekuningan, merupakan batuan karbonat klastik berbutir halus sampai sedang, pejal mengandung fosil foraminifera dan ganggang. Sedangkan batugamping Formasi Bebulu sebagai batugamping terumbu, umumnya berwarna putih kekuningan sampai keabun, keras, terdapat banyak rongga-rongga berukuran kecil sampai besar menyerupai gua, sebagai akibat dari intensifnya proses pelarutan dan atau karstifikasi. Singkapan batugamping Formasi Bebulu ini, relatif terbatas, pada umumnya bermorfologi perbukitan rendah dan sebagian besar tertutupi oleh tanah penutup yang relatif tebal.

Basal sebagai batuan gununga api dijumpai pada Formasi Haruyan, merupakan lava, berbutir halus, pejal, berwarna hitam keabu-abuan.

Lempung yang dijumpai di daerah penyelidikan bersumber dari batuan sedimen tersier Formasi Pamaluan, Warukin, Pulaubalang dan Kuaro serta sebagai endapan alluvial, bersifat plastis, kecuali yang sudah terserpihkan membentuk morfologi perbukitan rendah.

Bond Clay merupakan sisipan pada Formasi Kuaro dan Warukin (Nazly Bahar dan Kusdarto, 1998), terbentuk dari sumber batuan berkomposisi asam pada lingkungan paralik, berasosiasi dengan endapan batubara sebagai sisipan pada Formasi Kuaro/Tanjung.

Pasir kuarsa dijumpai tersingkap di beberapa tempat terutama pada sebaran batuan dari Formasi Warukin, sebagian lainnya sebagai perselingan dengan batupasir dan batulempung pada Formasi Pulaubalang. Pasir kuarsa berbutir halus sampai sedang, getas sampai lepas berwarna putih kemerahan sampai keabuan atau putih kotor.

Serpentinit/harzburgit sebagai batuan ultrabasa atau batuan tektonik (S. Hidayat dan I. Umar, 1994), terbentuk dari pembekuan magma relatif jauh di bawah permukaan bumi, berwarna abu-abu sampai hitam kehijauan merefleksikan kandungan mineral-mineral mafik seperti olivine dan piroksen. Batuan/bahan galian ini mudah belah melalui bidang belahnya sesuai dengan intensifnya bidang-bidang belahnya sebagai salah satu akibat dari intensifnya pengaruh tektonik yang pernah terjadi (batuan tektonik). Batuan ini berumur Yura dan merupakan batuan tertua di daerah ini.

Sirtu merupakan sirtu sungai, pada umumnya terdiri dari pasir dan kerikil, berasal dari rombakan batupasir kuarsa, batupasir, konglomerat, batuan beku asam dan basa. Tidak ditemukannya komponen-komponen batuan berukuran besar dalam endapan sirtu ini sebagai pertanda bahwa daerah ini dan sekitarnya didominasi oleh batuan sedimen dari berbagai formasi.



3.2. Endapan Bahan Galian

Batugamping. Batugamping Formasi Berai sebaran dan singkapannya sangat luas, dijumpai antara lain sepanjang jalan utama menghubungkan Kecamatan Batusopang – Kecamatan Muara Komam, sekitar Desa Songka, Desa Sungai Kasungai, Kecamatan Batusopang dan sekitar Muara Komang, yaitu di Desa Batu Buduk. Sebagai gambaran luasnya sebaran batugamping Formasi Berai ini teramati mulai dari sekitar Batusopang, melalui Songka sepanjang jalan tidak kurang dari 8 km., kemudian sepanjang jalan lebih kurang 5 km dari Muara Komam menuju Muara Langun. Endapan batugamping tersebut di tepi jalan utama membentuk tebing yang hampir tegak lurus dengan tinggi rata-rata tidak kurang dari 25 meter. Sebarannya di sebelah barat laut Batusopang membentuk pegunungan dengan puncaknya G. Melihat. Batugamping tersebut pada umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan belukar yang relatif tebal dengan kemiringan lereng pada umumnya terjal.

Kenampakan batugamping Formasi Bebulu sangat berbeda dengan batugamping Formasi Berai. Batugamping Formasi Bebulu, singkapannya sangat terbatas karena ditutupi oleh tanah penutup yang relatif tebal, membentuk deretan perbukitan bergelombang rendah dengan ketinggian rata-rata berkisar antara 10 sampai 15 meter dari jalan raya. Singkapan batugamping Formasi Bebulu dijumpai ditepi jalan Long Kali, Kabupaten Pasir – Bebulu, Kabupaten Panajam, dekat perbatasan kedua kabupaten tersebut, tepatnya di tepi kiri jalan tersebut, Desa Krayan/Jemparin, Kecamatan Long Kali , G. Puter, kurang dari satu kilometer kanan jalan Long Ikis-Long Kali dan Desa Taju, Kecamatan Long Ikis.

Basal. Singkapan basal pada Formasi Haruyan, dijumpai dalam kondisi yang sangat terbatas sebagai lava, dijumpai di dasar sungai Kerang, Desa Kerang Dayu, Kecamatan Tanjung Aru. Basal tersebut berwarna hitam agak keabu-abuan, pejal dan sangat keras. Disamping itu singkapan lainnya juga dijumpai di tepi kanan jalan antara Kerang Dayu menuju Petangis, Kampung Kerang, Desa Kerang Dayu, Kecamatan Tanjung Aru singkapannya membentuk bukit dengan ketinggian lebih kurang 15 m dari jalan raya.

Bond Clay. Bond Clay dan Ball Clay memiliki sifat hampir sama, yaitu keduanya jenis lempung yang sangat plastis karena terdiri dari partikel yang sangat halus, terjadi karena proses sedimentasi dalam cekungan lakustrin atau delta, berasosiasi dengan endapan pasir, lanau dan lignit/batubara pada batuan sedimen berumur tersier. Secara teoritis ball clay terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna dengan kandungan mineral lempung jenis kaolinit antara (49-60%), ilit (18-33%) dan kuarsa (7-22%) serta mineral lain yang mengandung karbon (1-4%).

Lempung yang diperkirakan sebagai bond clay dijumpai di Desa Busui, Kecamatan Batu Sopang pada lokasi penggalian/penambangan batubara oleh KUD Mitra Tani, berwarna abu-abu agak kehitaman mengandung unsur karbon. merupakan lapisan lempung di atas (overburden) dan di antara (interburden) lapisan batubara. Lokasi tersebut terletak lebih kurang 250 m kanan jalan utama Batusopang-Muara Komang dengan morfologi bukit-bukit rendah.Ada persamaan dengan lempung yang terdapat di daerah Bekoso, Kecamatan Pasir Belengkong, berupa sisipan di antara batupasir kuarsa dan lempung Formasi Kuaro (Nazly Bahar dan Kusdarto, 1998).

Lempung. Lempung di daerah Kabupaten Pasir pada umumnya berasal dari formasi-formasi batuan pembawa lempung. Sebagian kecil lainnya merupakan lempung alluvial, baik yang telah mengalami transportasi setelah proses pelapukan maupun yang masih tetap terakumulasi di atas batuan asal sebagi endapan lempung residu. Lempung tersebut, terutama yang berwarna abu-abu tua sampai muda, di beberapa tempat terlihat telah mengalami penyerpihan seperti yang dijumpai di tepi jalan dari Kerang menuju Kerang Dayo, Kecamatan Tanjung Aru dan dan di Desa Kerang Dayo, Kecamatan Tanjung Aru. Lokasi-lokasi lainnya dijumpai di Desa Sekiet, tersingkap di tepi jalan Long Kali ke arah Mendik (jalan desa setengah aspal), Desa Belimbing Kecamatan Long Kali, tersingkap disisi jalan Desa Long Kali-Belimbing.

Lempung yang telah diusahakan oleh penduduk untuk pembuatan bata berlubang yang terdapat dibeberapa lokasi, kelihatannya merupakan lempung alluvial dan lempung residu sebagai pelapukan dari formasi batuan pembawa lempung. Berwarna abu-abu muda kemerahan sampai kecoklatan/kekuningan, sangat plastis sehingga dalam proses pembuatan bata digunakan bahan pembantu dari bubuk kayu bekas penggergajian agar tidak terlalu lengket. Lokasi-lokasi lempung jenis ini antara lain dijumpai di Pasir Belengkong, Desa Belengkong, Kecamatan Pasir Belengkong, kilometer 10, disisi jalan dari Tanah Grogot menuju Kerang. Lokasi lainnya dijumpai di Kilometer 9 jalan dari Tanah Grogot menuju Kuaro, Desa Jambi, Desa Padamping Rapat, keaduanya termasuk Kecamatan Tanah Grogot dan Desa Rangau Jaya, Kecamatan Kuaro serta lokasi terletak di tepi jalan utama dari Long Kali menuju Desa Rintik, perbatasan dengan Kabupaten Panajam. Endapan lempung yang cukup plastis pada lokasi, sedikit khas karena terdiri dari tiga perlapisan yang ditandai dengan perbedaan warna yang relatif mencolok, yaitu dari bawah ke atas berwarna abu-abu dengan ketebalan lebih dari 1 meter, di atasnya lempung berwarna coklat kehitaman mengandung karbon, tebalnya lebih kurang 1 meter kemudian paling atas berwarna abu-abu kemerahan/kecoklatan dengan ketebalan antara 1.5 sampai 2 meter.

Pasir Kuarsa. Endapan pasir kuarsa dijumpai tersingkap dengan baik di tepi jalan utama Batusopang-Muara Komam. Lokasi tepatnya di Desa Busui, Kecamatan Batusopang, Kecamatan Muara Komang. Endapan pasir kuarsa dari Formasi Warukin ini, berbutir halus sampai sedang, getas, berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan, membentuk bukit-bukit rendah dengan vegetasi tidak terlalu padat/lebat. Endapan pasirkuarsa dari Formasi Pulaubalang, berbutir halus sampai sedadng, getas sampai agak lunak atau mudah hancur, membentuk morfologi pedataran, dijumpai tersingkap di tepi jalan Tanah Grogot-Pondong (Pelabuhan), Desa Pampan Rapat, Kecamatan Tanah Grogot.

Serpentin/Harzburgit. Dari morfologi dan vegetasi, batuan ini mudah dikenal, karena dicirikan oleh morfologi perbukitan dengan relief kasar, kemiringan lereng yang relatif curam, bervegetasi atau ditutupi oleh hutan yang lebat.

Batuannya berwarna hitam kehijauan, terkekarkan secara intensif, mudah terbelah, dijumpai tersingkap di beberapa tempat di tepi jalan antara Kuaro-Batusopang antara lain di Desa Sungai Riye, Kecamatan Kuaro lokasi lainnya adalah di Desa Sungai Terik dan Kampung Gunung Rambutan, Kecamatan Batusopang.

Sirtu. Endapan sirtu pada umumnya terdiri dari pasir dan kerikil, dijumpai hanya di beberapa aliran sungai, menandakan bahwa batuan di daerah ini pada umumnya berasal dari formasi berbatuan sedimen. Keadaan ini juga menyebabkan sulitnya memperoleh bahan bangunan di daerah ini.

Endapan sirtu antara lain dijumpai di sungai Kerang, Desa Kerang Dayo, Kecamatan Tanjung Aru. Telah diusahakan/diolah dengan “unit stone crusher” menjadi berbagai ukuran untuk memenuhi kebutuhan perbaikan/peningkatan jalan raya menghubungkan Tanah Grogot ke arah selatan menuju perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi endapan sirtu lainnya terdapat di S. Kasungai/S.Kendilo, Kampung Kasungai, Desa Kasungai, Kecamatan Batusopang dan S. Lombok, Desa Lombok, Kecamatan Long Ikis.



3.3. Kadar dan Kualitas Bahan Galian

Batugamping.

Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan sektor industri, konstruksi maupun pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen, pembuatan karbid, untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas pulp dan karet, untuk pembuatan soda abu, untuk penjernihan air, untuk proses pengendapan bijih logam non-ferous dan industri gula. Sumber daya mineral ini cukup besar, sehingga pengembangannya memiliki prospek yang baik.

Hasil analisa kimia 6 conto batugamping menunjukkan kadar rata-rata CaO : 53,47 %; MgO : 1, 7 %; Fe2O3 : 0,145 %; Al2O3 : 0,25 %, untuk harga kekentalan luluhan 3200 centipoise tidak ada. Dilihat dari hasil analisa tersebut di atas maka syarat-syarat pembuatan semen (kadar CaO : 50 – 55%; MgO maksimum 2 %; Kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O), dan Kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95 %) belum terpenuhi.

Hasil analisa kimia dari 6 conto batugamping menunjukkan kadar rata-rata CaO : 53,47 %; SiO2 ; I,25 %; Al2O3 + Fe2O3 : 0,4 %; MgO : 1, 7 %; Fe2O3 : 0,145 %; P : 0,05 Dilihat dari hasil analisa tersebut di atas maka syarat-syarat batugamping sebagai pemurnian besi atau logam lainnya (CaO minimum 52 %; SiO2 maksimum 4 % (1,5 – 4 %; Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3 %; MgO maksimum 3,5 %; Fe2O3 maksimum 0,65 %; P maksimum 0,1 %) terpenuhi.

Basal

Basal merupakan bahan bangunan. Sementara ini basal dipergunakan oleh penduduk setempat sebagai bahan pembuatan jalan. Basal harus melalui proses pemecahan (primary crushing) dulu sebelum dimasukkan sebagai feed pada unit pemecahan (crushing), karena kompak, keras dan ukurannya relatif besar.

Bond Clay

Bond Clay di industri keramik dipergunakan sebagai bahan pembuatan lantai Italia (Italian Tile), dengan syarat mempunyai plastisitas tinggi, nilai minimum PCE (Pirometric Cone Equivalent) nya 28 pada temperatur 1615oC Conto bond clay di Desa Rangan Barat I, Kecamatan Kuaro ini tidak dilakukan analisa bakar. Hasil uji analisa XRD memperlihatkan kandungan mineralnya adalah kaolin, feldspar, alpha quartz, dan klorit. Perlu dilakukan analisa bakar untuk mengetahui nilai plastisitasnya, karena terdapat kandungan mineral kaolin yang dapat menggambarkan kemungkinan plastisitasnya tinggi. Hasil analisa uji bakar peneliti terdahulu pada suhu 850oC, 900oc, dan 950oC hasil bakarnya menunjukkan warna kuning.
Lempung

Hasil analisa kimia, XRD, Uji bakar pada suhu 1400oC dan PCE. menunjukkan bahwa lempung di daerah penyelidikan tidak dapat di manfaatkan sebagai batu tahan api. Kemungkinan dapat dipergunakan sebagai bahan keramik, tetapi perlu dilakukan analisa lebih lanjut, untuk mengetahui nilai plastisitas dari lempung tersebut. Sementara ini lempung dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai bahan baku pembuatan batu bata.
Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa memegang peranan cukup penting bagi industri, baik sebagai bahan baku utama maupun penolong. Sebagai bahan baku utama, pasir kuarsa dipakai oleh industri semen, kaca lembaran, botol dan pecah belah, email (enamel). Sedangkan sebagai bahan baku penolong dipakai dalam pengecoran logam, dan industri lainnya.

Hasil analisa kimia maupun analisa butir conto pasir kuarsa memperlihatkan rata-rata kandungan senyawa SiO2 cukup tinggi, hanya unsure pengotornya (Al2O3) cukup tinggi pula, sehingga mutunya kurang baik untuk bahan-bahan industri gelas.

Serpentin/Harzburgit

Serpentin/Harzburgit secara umum merupakan batuan asal yang menghasilkan asbes, tetapi serpentin di daerah penyelidikan kemungkinan merupakan hasil ubahan/pelapukan dari bantuan harzburgit, jadi asbesnya tidak terbentuk. Batuan ini oleh penduduk setempat telah dipergunakan sebagai bahan bangunan pembuatan jalan. Dari hasil analisa petrografi menunjukkan kandungan mineral serpentin cukup banyak. Penyelidik terdahulu melakukan analisa bakar pada temperatur 850oC, dan hasilnya memperlihatkan warnanya berubah menjadi coklat, ini menandakan batuan tersebut tidak baik digunakan sebagai bahan refraktori tinggi.
Sirtu

Sirtu pada umumnya digunakan sebagai agregat beton dan pengerasan badan jalan, baik penggunaan maupun spesifikasinya hampir sama dengan endapan batuan beku. Sirtu mempunyai kelebihan dalam hal penambangannya relatif mudah dan untuk mendapatkan batu split, sirtu bias langsung masuk sebagai feed pada unit pemecahan (crushing), karena ukurannya relatif seeragam, berbeda dengan batuan beku yang kompak, memerlukan pemecahan terlebih dahulu (primary crushing) sebelum masuk feed unit crusher. Nilai ekonomi bahan galian, selain ditentukan oleh sifat fisiknya, juga sangat bergantung terhadap lokasi keterdapatannya. Bila lokasi tersebut relatif jauh dan belum ada sarana jalan maka nilai endapan bahan galian tersebut hanya sebagai komoditas saja. Sirtu di daerah penyelidikan dimanfaatkan oleh penduduk setempat, dan diolah untuk memenuhi kebutuhan proyek jalan Kerang Dayo-Petanggis.



3.4. Sumber Daya Tereka Bahan Galian.
Batugamping. Sebaran Formasi Berai dengan batuan utamanya adalah batugamping. Estimasi sumber daya batugampingnya dilakukan pada dua blok/daerah sebaran yaitu daerah Songka, dan sekitarnya, Kecamatan Batusopang serta daerah Muara Komam dengan BJ batugamping 2,7.

Gambaran sebaran batugamping sepanjang jalan dari Batusopang melalui Songka menuju Muara Komam dan di sekitar Muara Komam sendiri, mengikuti jalan tersebut yang panjangnya masing-masing tidak kurang dari 8 kilometer.

Sebaran batugamping di sekitar Songka, Batusopang, dalam estimasi ini disebut sebagai blok Songka. Batugamping yang diperhitungkan sebagian besar yang tersebar di sebelah kiri jalan raya Batusopang-Muara Komam. Seberang batugamping G. Melihat (953 m dpl) yang terletak di sebelah kanan jalan tersebut, sementara tidak diperhitungkan. Luas sebaran blok Songka ini meliputi daerah sekitar 1,5 sampai dengan 3,5 km dari jalan raya ke arah selatan, ditaksir lebih kurang 3.500 ha dengan asumsi tebal rata-rata 15 m setelah dikurangi tebal rata-rata tanah penutup (+ 2 meter) sumberdaya terekanya 500.000.000 ton.

Batugamping sebagai batuan utama dari Formasi Bebulu, sebarannya memanjang lebih kurang timur laut-barat daya sampai utara-selatan. Luas sebaran batugamping ini mulai dari sekitar Long Ikis sampai Long Kali lebih kurang 17 km, lebar rata-rata 2,5 km (+ 4250 ha) serta asumsi ketebalan rata-rata yang diperhitungkan lebih kurang 3 meter, setelah dikurangi tebal rata-rata tanah penutup sebesar 5 meter, memiliki sumber daya lebih kurang 340.000.000 ton. Batugamping Formasi Bebulu yang ditaksir sumber dayanya, dalam hal ini disebut sebagai blok Long Ikis-Long Kali.

Basal. Sebaran Formasi Haruyan sebagai pembawa basal sangat luas, namun singkapan basal yang dijumpai sangat terbatas. Basal yang sangat segar yang dijumpai di dasar sungai Kerang, Desa Kerang Dayu, Kecamatan Tanjung Aru (Bs-7) tidak dapat ditaksir sumber dayanya. Basal yang dijumpai di Hutan kayu, Kecamatan Tanjung Aru (Bs-8), membentuk bukit rendah dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 15 meter dari jalan raya, panjang lokasinya masing-masing 150 dan 100 meter dengan BJ 3,2. Perkiraan sumber daya tereka basal adalah 600.000 ton.

Bond Clay. Lempung yang diperkirakan sebagai Bond Clay di Desa Busui, Kecamatan Batusopang. Lokasi keterdapatannya di area penambangan batubara. Formasi pembawa lempung ini adalah Formasi Warukin. Lempung di sini merupakan overburden dari penambangan batubara membentuk dataran dengan panjang sebaran kurang lebih 1,5 km, lebar 0,5 km dengan ketebalan rata-rata 3 meter, dan BD 2,1 diperkirakan sumber daya terekanya 4.500.000 ton

Lempung. Perhitungan perkiraan sumber daya lempung terbagi menjadi tujuh blok. Formasi pembawanya adalah Formasi Pamaluan, Kuaro dan Aluvial dengan BJ lempung 2,1. Di daerah Belengkong KM 10, Kecamatan Balengkong, sudah diproduksi sebagai bahan pembuatan batu bata oleh penduduk setempat (H. Rivai). Perkiraan perhitungan sumber daya terekanya dengan panjang sebaran 5 km, lebar sebaran 1,75 km, dan tebal endapan rata-rata 2 meter, maka didapat 36.500.000 ton. Di daerah Kecamatan Tanjung Aru, perkiraan perhitungan sumber daya terekanya dengan panjang sebaran sekitar 2,5 km, lebar sebaran 1,5 dan tebal endapan 1,5 meter didapat 12.000.000 ton. Di Desa Janju, Kecamatan Tanah Grogot dengan panjang sebaran sekitar 2,5 km dan lebar 2,5 km dan tebal endapan 2,5 meter, diperkirakan sumber dayanya 34.000.000 ton. Di Kampung Jone, Desa Pangrapat, Kecamatan Tanah Grogot dengan panjang sebaran sekitar 2,5 km, lebar 2,5 km dan tebal endapan 1,5 meter diperkirakan sumber dayanya 20.000.000 ton. Di daerah Kecamatan Long Ikis dengan perkiraam panjang sebaran 5,5 km, lebar sebaran 2 km dan tebal endapan 2 meter, sumber dayanya 48.000.000 ton. Di daerah Kecamatan Kuaro dengan perkiraan panjang sebaran 5 km, lebar 1,75 dan tebal endapan 3 meter, sumber dayanya 57.000.000 ton. Di daerah Kecamatan Long Kali panjang sebaran 7,5 km, lebar sebaran 2,5 km dan tebal endapan 1,5 meter, perkiraan sumber dayanya 60.000.000 ton.

Pasir Kuarsa. Perhitungan sumber daya pasir kuarsa terbagi menjadi tiga blok dengan nilai BJ 2,65. Blok Batusopang dengan perkiraan panjang sebaran 2,5 km, lebar 0,5 km dan tebal 4 meter , sumber dayanya 7.500.000 ton. Di Desa Pandampan Rapat, Kecamatan Pondong dengan perkiraan panjang sebaran 1,5 km, lebar sebaran 1,0 dan tebal endapan 1 meter diperkirakan sumber dayanya 3.500.000 ton. Di Desa Sempulang, Kecamatan Tanah Grogot dengan perkiraan panjang sebaran 1,5 km, lebar 0,5 km dan tebal endapan 1 meter sumber dayanya 2.000.000 ton.

Serperntin/Harzburgit. Perkiraan perhitungan sumber daya serpentin/harzburgit dengan nilai BJ 2,8 di sepanjang jalan Batu Sopang menuju Kuaro dengan perkiraan panjang sebaran 6,75, lebar sebaran 2,5 dan tebal 3 meter, sumber dayanya 140.000.000 ton, baru sebagian kecil atau belum terhitung seluruh sumber daya yang ada.

Sirtu. Perkiraan sumber daya tereka di S. Kerang, Desa Kerang Dayu, Kec. Kerang dengan nilai BJ 2,8; panjang sebaran 5 km; lebar sungai rata-rata 3 meter; dan tinggi endapan sungai rata-rata 0,5 meter adalah 21.000 ton. Sumber daya tereka di Desa Kerang Dayo, Kec. Kerang dengan panjang sebaran sekitar 5 km, lebar sungai 4 meter, dan tinggi endapan rata-rata 0,5 meter adalah 56.000 ton. Sumber daya tereka sirtu di Desa Lombok, Kec. Kuaro dengan panjang sebaran sekitar 6,75 km, lebar sungai sekitar 6 meter, dan tinggi endapan rata-rata 0,5 meter adalah 56.700 ton, dibulatkan mendekati 57.000 ton.



3.5. Prospek dan Kendala Pemanfaatan

Batugamping dan lempung, merupakan dua komoditas bahan galian non logam yang terdapat dalam jumlah besar di daerah Kabupaten Pasir. Keduanya memiliki kualitas yang cukup baik untuk digunakan bagi keperluan berbagai macam industri.

Selama ini, batugamping diusahakan dalam skala kecil oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan terhadap agregat bangunan dan sebahagian kecil lainnya digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kapur tohor. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan di daerah Kabupaten Pasir sendiri, juga diangkut ke Balikpapan.

Daerah Kalimantan Timur pada umumnya serta kota Balikpapan dan Samarinda pada khususnya serta beberapa pusat-pusat pertumbuhan lainnya, memerlukan bahan bangunan dalam jumlah yang tidak sedikit, sedangkan di daerah ini tidak memiliki sumber bahan bangunan yang memadai. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan selama ini didatangkan dari Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, namun secara kuantitas dan kualitas belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan daerah ini dan sekitarnya. Dengan demikian batugamping masih tetap menjadi salah satu alternatif utama untuk digunakan memenuhi kebutuhan tersebut dan hal ini terlihat dari banyaknya tumpukan batugamping berbagai ukuran di tepi jalan yang sedang dibangun atau ditingkatkan/diperbaiki.

Satu hal yang menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak selama ini, yaitu: Mengapa belum ada pabrik semen di daerah ini, disatu pihak sedangkan di pihak lain pesatnya pembangunan sejalan dengan keberadaan beberapa pusat-pusat pertumbuhan (growth centers) berkaitan dengan perkembangan industri minyak dan gas bumi, perkayuan, pertambangan batubara dan industri minyak sawit.

Dari kegiatan penyelidikan bahan galian non logam di daerah ini sedikit banyak, mungkin dapat menjadi sebagian jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Selain modal yang cukup besar, sebuah industri semen memerlukan beberapa hal pokok, seperti: bahan baku, bahan bakar dan energi, sumber air, jalan raya, pelabuhan dan plan site.

Memperhatikan beberapa hal pokok seperti yang telah disebutkan diatas dalam kaitannya dengan kemungkinan membangun industri semen di daerah ini, dapat dikatakan tidak seluruhnya memenuhi kebutuhan ideal seperti yang diperlukan sehingga menjadikannya sebagai adanya kendala, walaupun beberapa hal lain cukup prospek.




4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Daerah penyelidikan didominasi oleh batuan sedimen tersier. Morfologi di daerah ini pada umumnya merupakan morfologi perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan lereng rata-rata landai sampai agak terjal dengan puncak tertinggi G. Melihat (953 m dpl), kecuali morfologi batuan ultrabasa, kemiringan rata-rata relatif terjal.

Bahan galian non logam yang dijumpai di daerah ini adalah batugamping, lempung, bond clay, basal, pasir kuarsa, serpentinit/harzburgit dan sirtu. Batugamping dan lempung dua bahan galian yang secara kuantitas dan kualitas cukup menarik untuk dikembangkan. Langkanya bahan bangunan dan batuan beku menyebabkan batugamping menjadi alternatif pilihan yang digunakan sebagai bahan bangunan. Sedangkan batuan beku ultrabasa serpentinit/harzburgit mutunya relatif kurang baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan terutama karena banyaknya bidang-bidang belahnya sebagai akibat dari intensifnya pengaruh tektonik yang terjadi secara berulang terhadap batuan ini sehingga mudah terbelah/pecah dan umumnya telah mengalami pelapukan sehingga sulit terjadi proses pembentukan asbes yang biasanya terjadi pada batuan serpentin.

Perkiraan sumber daya tereka bahan galian mineral non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Pasir adalah : batugamping : 840.000.000 ton, Basal : 600.000 ton, bond clay : 4.500.000 ton, Lempung : 250.000.000 ton, pasir kuasa : 200.000.000 ton, serpentin/harzburgit : 140.000.000 ton, dan sirtu 134.000 ton.

Estimasi sumber daya bahan galian ini masih sangat kasar dan belum seluruhnya dihitung, terutama batugamping dan serpentin. Sedangkan untuk jenis lempung dan pasir kuarsa sumber dayanya diperkirakan berdasarkan luas sebaran formasi batuan pembawanya.

Saran

Untuk mendukung kemungkinan membangun industri semen di daerah Batusopang atau Muara Komam, disarankan menjajaki kemungkinan penggunaan jalan milik perusahaan tambang batubara Kideco. Sekiranya ada kesepakatan penggunaan jalan tersebut maka transportasi sebagai salah satu masalah utama dapat terpecahkan.

Dalam rangka mangantisipasi kemungkinan tersebut di atas, disarankan untuk melakukan eksplorasi umum guna memperoleh sumber daya terunjuk (indicated mineral resources) terhadap endapan batugamping di sekitar daerah Songka, Kecamatan Batusopang ke arah selatan. Alternatif lainnya adalah batugamping yang terdapat di sebelah selatan jalan raya sekitar Muara Komam.

Untuk hal yang sama juga disarakan terhadap endapan pasir kuarsa Formasi warukin di sekitar Busui ke arah utara serta endapan lempung di sekitar Batusopang atau sekitar Muara Komam.


DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Kusnardi, Diding Sunardi, 1979, “Endapan Batugamping Daerah Long Kali, Kalimantan Timur”, SDM, Bandung.

Nazli Bahar, Kusdarto, dkk., 1998, “Eksplorasi Mineral Industri di Daerah Kabupaten Pasir dan sekitarnya, Kalimantan Timur, Skala 1 : 100.000”, SDM, Bandung.

S. Hidayat dan I. Umar, 1994, ”Peta Geologi Lembar Balikpapan, skala 1 : 250.000”, PPPG, Bandung.

R. Heryanto, S. Supriatna, E. Rustandi dan Baharuddin, 1994, “Peta Geologi Lembar Sampabahan, Kalimantan Timur, Skala 1 : 250.000”, PPPG, Bandung.


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

LINK TEMAN

  • darmian
  • mr darmianll
  • avan
  • mr avanll
  • Pengikut

     
    Copyright © perindustrian | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog